[ULASAN] "Putus asa Dibalik Kemakmuran... Kematian Jonghyun Menunjukkan Lampu Merah atas Kesehatan Mental Idol"
Dalam kesempatan kali ini, Mimin SONE Indonesia ingin memberikan sebuah tulisan untuk membuka mata kita semua bahwa penyakit mental, depresi, gangguan kecemasan dan lain sebagainya adalah hal penting yang harus kita perhatikan.
Baru-baru ini, Dunia hiburan Korea Selatan dikejutkan dengan meninggalnya salah satu personel SHINee yakni Jonghyun, Kepolisian Gangnam memastikan bahwa penyebab meninggalnya sang vokalis grup dikarenakan bunuh diri. Kepastian tersebut diungkapkan pada Selasa, 19 Desember 2017, berdasarkan hasil investigasi. "Dari hasil investigasi yang kami lakukan, disimpulkan dengan pasti bahwa ia meninggal karena bunuh diri," ujar pernyataan resmi pihak kepolisian setempat, seperti dilansir dari laman Soompi. Mengikuti kasus meninggalnya Jonghyun, penyebab selebriti tumbuh dengan penyakit mental harus diatasi. Mari kita ulas bersama-sama!
- Apakah Depresi Takdir Selebriti?
Seorang perwakilan menjelaskan, "Selebriti selalu terikat dengan perbandingan. Bahkan jika mereka sudah terkenal, mereka tertekan tentang berapa lama mereka bisa tetap populer, dan harus membayar atas kehilangan privasi. Dan jika popularitas mereka menurun, mereka menjadi tertekan. Tanpa popularitas, mereka merasa putus asa karena kurang pengakuan." Jonghyun dalam pengakuannya melalui sebuah surat mengungkapkan, "Aku rasa ini bukan hidupku untuk menjadi yang dikenal oleh dunia. Jadi ini sulit. Faktanya, menjadi dikenal itu sulit. Jadi mengapa aku memilih ini? Betapa lucunya. Aku menanggung ini sejenak hingga sekarang", Jonghyun seperti memberi tahu orang-orang bahwa kehidupan sehari-hari selebriti diketahui publik dalam faktanya adalah menyakitkan. Beberapa point penting menunjukkan bahwa perasaan tertekan selebriti Korea terlalu besar.
Media hiburan Amerika juga mengkritik bahwa selebriti Korea terkenal karena tertindas. "Penyanyi di Korea mengalami kontrol ketat di bawah perusahaan mereka, dan sering dikritik karena standar tuntutan yang tinggi dan tak masuk akal," meida menjelaskan.
Perwakilan lain mengatakan, "Dalam kasus selebriti yang terkenal, setiap gerakan diikuti para tentara kamera dan para sasaeng fan. Komentar-komentar pada akun SNS mereka atau artikel yang memuat berita menyebabkan banyak tekanan yang dahsyat. Korea, pada bagian tertentu, memiliki standar moral yang sangat ketat untuk para selebriti. Tuntutan mereka atas moralitas selebriti melebihi politisi, seperti orang yang religius saja."
Selain kritikan terhadap Industri hiburan Korea yang dikenal sangat kompetitif, dalam artikel lain juga di jelaskan “Idol juga Manusia, Apakah Kesehatan Mental Mereka Harus menjadi kata 'Selamat tinggal' “. "Idol menjadi dikomersialkan, tapi mereka orang-orang dengan perasaan yang tidak bisa dibebani oleh status dan kekayaan.", dan Kematian Jonghyun adalah peringatan kepada industri musik Korea. "Aku ingin menjadi psychotherapist demi untuk teman selebritiku. Ini jadi sangat berat untukku juga." — itulah yang Hani EXID ungkapkan dalam siaran dahulu.
Kesedihan atas kematian Jonghyun SHINEE yang tidak bisa dipercaya, dengan kata-kata Hani, menyugestikan banyak hal yang terjadi pada industri musik Korea. Sebuah suara yang lebih besar diperlukan untuk mengalihkan lebih banyak perhatian pada kesehatan mental idol, khususnya ketika mereka selalu terlihat ceria di hadapan publik. Baru-baru ini, ada banyak member Girlband/Boyband yang menghentikan aktifitas mereka karena masalah kesehatan. Choa, mantan member AOA harus berhenti dari aktifitas grup karena insomnia dan depresi; T.O.P Big Bang juga mengaku menerima perawatan atas gangguan kepanikan dan depresi selama 10 tahun.
Kemudian yang lebih parah lagi, Idol perlahan menjadi dikomersilkan. Kendati orang-orang memberikan perlakuan yang sangat bergantung pada dukungan selebriti, mereka (selebriti) adalah orang-orang yang masih memiliki perasaan, dimana tidak bisa terbebani oleh status dan kekayaan. Paksaan untuk berhasil di medan pertempuran yang sengit, khawatir ketika para penggemar akan meninggalkan mereka, kekosongan ketika mereka turun dari panggung — semua perasaan yang tidak bisa di ekspreaikan karena tekanan dari kenyataan. Alasan "karena kamu seorang idol, kamu baik baik saja" memberi mereka tekanan yang besar untuk menanggungnya. Seperti mimpi Hani, harus ada sebuah program kesehatan mental yang mendengarkan cerita idol, memerikasa kesehatan mental mereka secara berkala dan merawat mereka.
Seperti yang dikutip dari laman Kapanlagi.com, Depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang bisa memengaruhi pola pikir, perasaan, suasana hati dan cara menghadapi aktivitas sehari-hari. Berbeda dengan stres, depresi berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya enam bulan atau lebih. Saat ini, depresi menjadi salah satu isu yang kurang diperhatikan oleh masyarakat karena biasanya, orang depresi tidak menunjukkan gejala yang awam atau mudah dipahami oleh orang lain.
Lebih lanjut gejala depresi tidak mengenal pola khusus, bisa berbeda-beda setiap orang, namun ada beberapa hal yang cukup mendasar dan mungkin dengan mempelajari gejala ini kamu bisa menyelamatkan diri sendiri maupun orang lain.
1. Jam tidur kacau
2. Kehilangan Minat Akan Segala Hal
3. Lebih Energik
4. Perubahan Pola Makan
5. Mudah Tersinggung
6. Membicarakan Soal Kematian
Sebagai penutup dalam tulisan ini, Mimin SONE Indonesia memberikan sebuah percakapan yang tweetnya ini menjadi viral disosial media twitter, memberikan pendapat tentang bagaimana kerasnya industry hiburan Korea. Dalam tweetnya, ia mengungkapkan “Karena apa yang terjadi pada Jonghyun, aku mengobrol dengan pacarku (yang notabene orang Korea dan telah tinggal di Korea sepanjang hidupnya) dan inilah yang dia katakan tentang industri hiburan Korea.
- Aku: "Mengapa industri hiburan Korea tidak membantu idol mereka untuk lebih baik jika mereka depresi?"
- BF: "Jika seseorang depresi. Industri itu bahkan tidak akan menerima mereka untuk menjadi seorang idol."
- Aku: "Tapi bagaimana jika idol tersebut diterima dengan sempurna ketika kesehatannya baik-baik saja tapi kemudian nanti menderita depresi?"
- BF: "Kalau begitu mereka akan menurunkan gajinya atau memecatnya dari Ajensi hiburan. Itu akan dianggap sebagai pembohongan kepada Ajensi karena berada dalam kesehatan yang sempurna padahal tidak, bahkan jika ia mendapatkan depresi nantinya dalam hidup."
- Aku: "Sebagai gantinya, Tidak bisakah mereka mencoba membantu idol tersebut? Itu tidak masuk akal..”
- BF: "Karena mereka memperlambat Ajnesi. Seperti yang kamu tahu, segalanya di Korea adalah sebuah kompetisi. Kamu perlu menjadi yang lebih baik dari siapapun juga atau kamu tidak layak. Jika seorang idol depresi, itu berarti bahwa ia tidak mampu bekerja sekeras idol-idol dari Ajensi lain dimana akan membuat image Ajensi terlihat buruk, karenanya mengapa Ajensi menolak idol dengan depresi. Mereka bahkan meninggalkan komentar kepada Ajensi lain untuk memberitahu mereka bahwa idol tersebut memiliki depresi. Aku melihatnya itu luar biasa bodoh, tapi yang menyedihkan itu adalah bagian dari budaya Korea."
Dari percakapan diatas, tentu kita sudah memiliki gambaran bagaimana kerasnya arus kompetisi di Industri hiburan Korea, maka tidak mengherankan jika ada Idol/Selebriti yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dikarenakan Depresi, Gangguan Mental hingga ada yang mengidap Gangguan Kecemasan. Ciri-ciri yang telah Mimin sebutkan diatas menunjukkan bagaimana penyakit tersebut harus menjadi perhatian bersama, hal-hal kecil juga bisa menjadi tanda bahwa pengidap gangguan mental seperti ini ada disekitar kita dan berbicara mengenai tekanan para Idol/Selebriti Korea tentang ‘Kesempurnaan’ tampil dihadapan public, tanamkan dari dalam diri kita mulai dari sekarang bahwa apapun yang mereka jalani, apapun jalan yang mereka ambil, apapun karya yang akan mereka berikan untuk penggemar, HARGAI IDOLA KITA, JANGAN MENUNTUT BANYAK HAL DARI MEREKA, JANGAN MELIHAT MEREKA TANPA CELA. Kita tahu, sebelum mereka mendapatkan label ‘Idola’, mereka dulunya adalah manusia yang memiliki tekanan, beban dan tanggung jawab. Hanya karena mereka seorang ‘Idola’ kemudian dituntut harus sempurna? Hilangkan pemikiran seperti itu.
Kita hanya perlu mengapresiasi segala karya mereka karena kita tidak tahu tentang proses apa saja yang mereka alami dan lalui hingga berjalan sejauh ini sehingga berharap menghasilkan karya yang bisa diterima masyarakat luas. Dan 1 hal lagi, tanamkan sikap bahwa jika kita lebih waspada terhadap lingkungan sekitar maupun orang terdekat mungkin kita bisa menyelamatkan seseorang yang menderita karena depresi atau gangguan mental lainnya. Pengidap depresi tidak membutuhkan orang-orang yang judgemental, mereka hanya perlu dirangkul dan didengarkan. Note : Jika kalian setuju dengan tulisan ini, silahkan disebarkan. Kita perlu orang-orang yang membuat lingkungan sekitar dan orang-orang terdekat menjadi lebih baik dan membuka mata serta sadar bahwa kita harus memberi perhatian penuh pada masalah ini. Semoga kita selalu menjadi pribadi yang lebih peka dan peduli. Salam damai…
Baru-baru ini, Dunia hiburan Korea Selatan dikejutkan dengan meninggalnya salah satu personel SHINee yakni Jonghyun, Kepolisian Gangnam memastikan bahwa penyebab meninggalnya sang vokalis grup dikarenakan bunuh diri. Kepastian tersebut diungkapkan pada Selasa, 19 Desember 2017, berdasarkan hasil investigasi. "Dari hasil investigasi yang kami lakukan, disimpulkan dengan pasti bahwa ia meninggal karena bunuh diri," ujar pernyataan resmi pihak kepolisian setempat, seperti dilansir dari laman Soompi. Mengikuti kasus meninggalnya Jonghyun, penyebab selebriti tumbuh dengan penyakit mental harus diatasi. Mari kita ulas bersama-sama!
- Apakah Depresi Takdir Selebriti?
Seorang perwakilan menjelaskan, "Selebriti selalu terikat dengan perbandingan. Bahkan jika mereka sudah terkenal, mereka tertekan tentang berapa lama mereka bisa tetap populer, dan harus membayar atas kehilangan privasi. Dan jika popularitas mereka menurun, mereka menjadi tertekan. Tanpa popularitas, mereka merasa putus asa karena kurang pengakuan." Jonghyun dalam pengakuannya melalui sebuah surat mengungkapkan, "Aku rasa ini bukan hidupku untuk menjadi yang dikenal oleh dunia. Jadi ini sulit. Faktanya, menjadi dikenal itu sulit. Jadi mengapa aku memilih ini? Betapa lucunya. Aku menanggung ini sejenak hingga sekarang", Jonghyun seperti memberi tahu orang-orang bahwa kehidupan sehari-hari selebriti diketahui publik dalam faktanya adalah menyakitkan. Beberapa point penting menunjukkan bahwa perasaan tertekan selebriti Korea terlalu besar.
Media hiburan Amerika juga mengkritik bahwa selebriti Korea terkenal karena tertindas. "Penyanyi di Korea mengalami kontrol ketat di bawah perusahaan mereka, dan sering dikritik karena standar tuntutan yang tinggi dan tak masuk akal," meida menjelaskan.
Perwakilan lain mengatakan, "Dalam kasus selebriti yang terkenal, setiap gerakan diikuti para tentara kamera dan para sasaeng fan. Komentar-komentar pada akun SNS mereka atau artikel yang memuat berita menyebabkan banyak tekanan yang dahsyat. Korea, pada bagian tertentu, memiliki standar moral yang sangat ketat untuk para selebriti. Tuntutan mereka atas moralitas selebriti melebihi politisi, seperti orang yang religius saja."
Selain kritikan terhadap Industri hiburan Korea yang dikenal sangat kompetitif, dalam artikel lain juga di jelaskan “Idol juga Manusia, Apakah Kesehatan Mental Mereka Harus menjadi kata 'Selamat tinggal' “. "Idol menjadi dikomersialkan, tapi mereka orang-orang dengan perasaan yang tidak bisa dibebani oleh status dan kekayaan.", dan Kematian Jonghyun adalah peringatan kepada industri musik Korea. "Aku ingin menjadi psychotherapist demi untuk teman selebritiku. Ini jadi sangat berat untukku juga." — itulah yang Hani EXID ungkapkan dalam siaran dahulu.
Kesedihan atas kematian Jonghyun SHINEE yang tidak bisa dipercaya, dengan kata-kata Hani, menyugestikan banyak hal yang terjadi pada industri musik Korea. Sebuah suara yang lebih besar diperlukan untuk mengalihkan lebih banyak perhatian pada kesehatan mental idol, khususnya ketika mereka selalu terlihat ceria di hadapan publik. Baru-baru ini, ada banyak member Girlband/Boyband yang menghentikan aktifitas mereka karena masalah kesehatan. Choa, mantan member AOA harus berhenti dari aktifitas grup karena insomnia dan depresi; T.O.P Big Bang juga mengaku menerima perawatan atas gangguan kepanikan dan depresi selama 10 tahun.
Kemudian yang lebih parah lagi, Idol perlahan menjadi dikomersilkan. Kendati orang-orang memberikan perlakuan yang sangat bergantung pada dukungan selebriti, mereka (selebriti) adalah orang-orang yang masih memiliki perasaan, dimana tidak bisa terbebani oleh status dan kekayaan. Paksaan untuk berhasil di medan pertempuran yang sengit, khawatir ketika para penggemar akan meninggalkan mereka, kekosongan ketika mereka turun dari panggung — semua perasaan yang tidak bisa di ekspreaikan karena tekanan dari kenyataan. Alasan "karena kamu seorang idol, kamu baik baik saja" memberi mereka tekanan yang besar untuk menanggungnya. Seperti mimpi Hani, harus ada sebuah program kesehatan mental yang mendengarkan cerita idol, memerikasa kesehatan mental mereka secara berkala dan merawat mereka.
Seperti yang dikutip dari laman Kapanlagi.com, Depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang bisa memengaruhi pola pikir, perasaan, suasana hati dan cara menghadapi aktivitas sehari-hari. Berbeda dengan stres, depresi berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya enam bulan atau lebih. Saat ini, depresi menjadi salah satu isu yang kurang diperhatikan oleh masyarakat karena biasanya, orang depresi tidak menunjukkan gejala yang awam atau mudah dipahami oleh orang lain.
Lebih lanjut gejala depresi tidak mengenal pola khusus, bisa berbeda-beda setiap orang, namun ada beberapa hal yang cukup mendasar dan mungkin dengan mempelajari gejala ini kamu bisa menyelamatkan diri sendiri maupun orang lain.
1. Jam tidur kacau
2. Kehilangan Minat Akan Segala Hal
3. Lebih Energik
4. Perubahan Pola Makan
5. Mudah Tersinggung
6. Membicarakan Soal Kematian
Sebagai penutup dalam tulisan ini, Mimin SONE Indonesia memberikan sebuah percakapan yang tweetnya ini menjadi viral disosial media twitter, memberikan pendapat tentang bagaimana kerasnya industry hiburan Korea. Dalam tweetnya, ia mengungkapkan “Karena apa yang terjadi pada Jonghyun, aku mengobrol dengan pacarku (yang notabene orang Korea dan telah tinggal di Korea sepanjang hidupnya) dan inilah yang dia katakan tentang industri hiburan Korea.
- Aku: "Mengapa industri hiburan Korea tidak membantu idol mereka untuk lebih baik jika mereka depresi?"
- BF: "Jika seseorang depresi. Industri itu bahkan tidak akan menerima mereka untuk menjadi seorang idol."
- Aku: "Tapi bagaimana jika idol tersebut diterima dengan sempurna ketika kesehatannya baik-baik saja tapi kemudian nanti menderita depresi?"
- BF: "Kalau begitu mereka akan menurunkan gajinya atau memecatnya dari Ajensi hiburan. Itu akan dianggap sebagai pembohongan kepada Ajensi karena berada dalam kesehatan yang sempurna padahal tidak, bahkan jika ia mendapatkan depresi nantinya dalam hidup."
- Aku: "Sebagai gantinya, Tidak bisakah mereka mencoba membantu idol tersebut? Itu tidak masuk akal..”
- BF: "Karena mereka memperlambat Ajnesi. Seperti yang kamu tahu, segalanya di Korea adalah sebuah kompetisi. Kamu perlu menjadi yang lebih baik dari siapapun juga atau kamu tidak layak. Jika seorang idol depresi, itu berarti bahwa ia tidak mampu bekerja sekeras idol-idol dari Ajensi lain dimana akan membuat image Ajensi terlihat buruk, karenanya mengapa Ajensi menolak idol dengan depresi. Mereka bahkan meninggalkan komentar kepada Ajensi lain untuk memberitahu mereka bahwa idol tersebut memiliki depresi. Aku melihatnya itu luar biasa bodoh, tapi yang menyedihkan itu adalah bagian dari budaya Korea."
Dari percakapan diatas, tentu kita sudah memiliki gambaran bagaimana kerasnya arus kompetisi di Industri hiburan Korea, maka tidak mengherankan jika ada Idol/Selebriti yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dikarenakan Depresi, Gangguan Mental hingga ada yang mengidap Gangguan Kecemasan. Ciri-ciri yang telah Mimin sebutkan diatas menunjukkan bagaimana penyakit tersebut harus menjadi perhatian bersama, hal-hal kecil juga bisa menjadi tanda bahwa pengidap gangguan mental seperti ini ada disekitar kita dan berbicara mengenai tekanan para Idol/Selebriti Korea tentang ‘Kesempurnaan’ tampil dihadapan public, tanamkan dari dalam diri kita mulai dari sekarang bahwa apapun yang mereka jalani, apapun jalan yang mereka ambil, apapun karya yang akan mereka berikan untuk penggemar, HARGAI IDOLA KITA, JANGAN MENUNTUT BANYAK HAL DARI MEREKA, JANGAN MELIHAT MEREKA TANPA CELA. Kita tahu, sebelum mereka mendapatkan label ‘Idola’, mereka dulunya adalah manusia yang memiliki tekanan, beban dan tanggung jawab. Hanya karena mereka seorang ‘Idola’ kemudian dituntut harus sempurna? Hilangkan pemikiran seperti itu.
Kita hanya perlu mengapresiasi segala karya mereka karena kita tidak tahu tentang proses apa saja yang mereka alami dan lalui hingga berjalan sejauh ini sehingga berharap menghasilkan karya yang bisa diterima masyarakat luas. Dan 1 hal lagi, tanamkan sikap bahwa jika kita lebih waspada terhadap lingkungan sekitar maupun orang terdekat mungkin kita bisa menyelamatkan seseorang yang menderita karena depresi atau gangguan mental lainnya. Pengidap depresi tidak membutuhkan orang-orang yang judgemental, mereka hanya perlu dirangkul dan didengarkan. Note : Jika kalian setuju dengan tulisan ini, silahkan disebarkan. Kita perlu orang-orang yang membuat lingkungan sekitar dan orang-orang terdekat menjadi lebih baik dan membuka mata serta sadar bahwa kita harus memberi perhatian penuh pada masalah ini. Semoga kita selalu menjadi pribadi yang lebih peka dan peduli. Salam damai…
Sumber : jongmole, tgcnim dan kapanlagi.com
Indo.trans : Alfiflyer99
Editor : Butterfly Kiss SONE Indonesia
(Please take out with full credit)
Post a Comment